KH. As’ad Balkhi

Mengenal Kiai As’ad, Tokoh Sepuh NU Sumsel

NU Palembang Online – Mengenal KH. As’ad Balkhi pimpinan Pondok Pesantren Subulussalam Palembang yang juga Mustasyar PCNU Palembang dan Mustasyar PWNU Sumsel.

Kiai As’ad Balkhi kelahiran Tanggerang 16 Juni 1953, Ia mengatkan awal mulanya masuk ke Palembang dan menetap pada tahun 1960 an saat usia 13 tahun.

“Susah di perjalanan saro dulu, dari kampung jalan kaki ke merak itu 2 hari,” Ujar Kiai As’ad sambil bergurau.

Ia mengatakan saat tiba di tempat yang saat ini ditinggali Jl. KH. Balkhi dulu masih hutan dan belum banyak penduduknya.

“Awalnya dulu disini dibilang angker, mendirikan lah masjid, masjid bae paling banyak isinyo womg 8 wong 9 ukuran 8×8 meter saat itu, jadi kami yang lanang-lanang tidur di masjid tulah ibu-ibu di gubuk,” Jelas Kiai As’ad

Kisah menarik pernah dialami Kiai As’ad Balkhi saat awal tinggal di Palembang yang saat itu masih banyak persembuyian PKI di berbagai tempat, yang mana saat itu PKI telah melakukan gerakan pemberontakan.

“Tahun 65 itu banyak PKI nak ngajak ini itulah, usia saat itu 13 tahun aku takut kalu diculik, akhirnyo dilaporke di koramil Alhamdulillah aman katek yang terlibat dari kito,” Kata Kiai As’ad.
Kiai As’ad mengatakan Pondok Pesantren Subulussalam Palembang mukai didirikan pada tahun 1993 yang semulanya dimulai dari Majelis Ta’lim.

BACA JUGA:  Ini Struktur PCNU Kota Palembang dari Masa ke Masa

“Kalau untuk Pondok Pesantren dari awal kito terus, itu peresmiannyo tahun 93 untuk awal-awalnyo itu majelis ta’lim di NU dulu kito” Ujarnya.

Kisah dibalik KH. Balkhi orang tua dari Kiai As’ad yang kini diabadikan menjadi Nama jalan, ia mengatakan hal itu merupakan permintaan dari masyarakat.

“Jalan KH. Balkhi itu karena dulu tahun 60 sesepuh masih hutan sebelum jalan A. Yani ini wong tuo kito sesepuhnyo jadi masyarakat tulah minta namo jalan Kiai Balkhi” Katanya.

Awal kisah Kiai As’ad mulai mengenal NU saat itu dari KH M Zein Syukri dan sering mengikuti pengajian bersama Kiai Nawawi Dencik dan Kiai Malik Tajudin.

“Awalnya saya ikut anggota NU pada tahun 90 an, kemudian tahun 92 diminta jadi pengurs cabang Kota Palembang waktu itu ketua nya KH. Amiruddin Nahrawi dan Sekretaris nya pak Sanan dua-duanya masih hidup,” Ucap Kiai As’ad.

5 tahun berlalu kiai As’ad berproses di NU, PCNU Kota Palembang saat itu menggelar Konfercab yang kemudian terpilih kembali KH. amiruddin Nahrawi sebagai Ketua dan Kiai As’ad diminta menjadi Wakil ketua.

BACA JUGA:  Harapan Habib Abdullah Asad Basyaiban untuk Generasi Muda NU di Kota Palembang

“Kita sebagai Anggota saat itu, setelah 5 tahun ada musyawarah jadilah wakil dari cak Amir terus bertahap lah diajak oleh Kiai Muddaris jadilah Pengurus Wilayah, di Pengurus Wilayah saat itu dijadikanlah juga Syuriah bertahap seiring pergantian ketua jadi berganti-ganti,” jelasnya.

Kiai As’ad menceritakan banyak hal menarik dan hikmah yang bisa diambil dengan berproses di NU.

“Yang menariknyo di NU itu pertamo kito banyak saudara yang se ide, se ide itu yang berarti Ahlu Sunnah wal jamaah, yang keduo kito itu minta doa samo kiai-kiai,” ujarnya.

Kiai As’ad berharap untuk generasi NU di masa yang akan datang untuk terus mengamalkan dan melanjutkan ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah.

“Saya berharap kepada yang muda-muda untuk meneruskan yang pertama pengurus yang kedua Amaliah nya Ahlussunnah wal Jama’ah, Amaliah Waliyullah,” Pungkasnya.

Saat ini Kiai As’ad menjabat sebagai Mustasyar di PCNU Kota Palembang dan Mustasyar di PWNU Sumsel. (Ali)

Check Also

Perempuan Aswaja An-Nahdliyah, Kiprah Gerakan Perempuan Aswaja dalam Peradaban Dunia

NU Palembang Online – Kajian tentang gerakan perempuan Aswaja An-nahdliyah masih sangat jarang dilakukan, padahah …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *