NU Palembang Online – Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Palembang, KH. Hendra Zainuddin Al-Qodiri berikan materi Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) kepada peserta Masa Penerimaan Anggota Baru (Mapaba) Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Komisariat UIN Raden Fatah Palembang, di Kantor PWNU Sumsel, Sabtu (7/9/2024).
Dalam pembekalannya, Kiai Hendra menekankan pentingnya mengikuti ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah yang merupakan pedoman utama bagi Nahdlatul Ulama. Ia menjelaskan bahwa Aswaja adalah mereka yang selalu mengikuti sunnah Rasulullah dan empat sahabatnya yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali.
“Kenapa kita ber-Aswaja? Karena kita meneladani Rasulullah. Sudah benar kalian bergabung dengan PMII, karena PMII adalah bagian dari Ahlussunnah wal Jama’ah,” Kata Kiai Hendra saat menyampaikan materi.
Kiai Hendra yang juga Pimpina Pondok Pesantren Aulia Cendekia Palembang ini, menyampaikan pentingnya paham Ahlussunnah wal Jama’ah dalam kehidupan berorganisasi. Ia menyebut bahwa Nabi Muhammad pernah bersabda bahwa di akhir zaman, umat Islam akan terbagi menjadi 73 golongan, dan hanya satu yang selamat, yaitu Ahlussunnah wal Jama’ah.
“InsyaAllah kita adalah bagian dari golongan yang selamat ini, dan ber-PMII juga merupakan bagian dari Nahdlatul Ulama yang berpedoman pada Ahlussunnah wal Jama’ah,” tegasnya.
Selain materi mengenai Ahlussunnah wal Jama’ah, Kiai Hendra juga berbicara tentang pentingnya berorganisasi. Menurutnya, organisasi adalah sarana untuk memperluas relasi, menolong sesama, dan lain sebagainya. Ia mengajak para peserta Mapaba untuk serius dalam mengikuti kegiatan PMII sebagai organisasi yang berlandaskan Aswaja.
“Kenapa kita memilih PMII? Karena PMII adalah Ahlussunnah wal Jama’ah. Itulah salah satu alasan mengapa kita ber-Nahdlatul Ulama,” jelas Kiai Hendra. Ia menekankan bahwa PMII bukan sekadar organisasi mahasiswa, melainkan juga bagian integral dari gerakan NU yang terus menjaga tradisi Aswaja.
Lebih lanjut, Kiai Hendra menjelaskan tentang karakteristik berpikir seorang Aswaja, yaitu moderat (tawasuth), keseimbangan (tawazun), toleransi (tasamuh), dan keadilan (al’itidal).
“Orang yang berpaham Aswaja selalu moderat, tidak ekstrem kanan atau kiri. Mereka juga seimbang dalam urusan dunia dan akhirat, saling menghargai perbedaan, dan selalu menjunjung keadilan,” paparnya.
Tidak hanya membahas organisasi dan Aswaja, Kiai Hendra juga mengingatkan para peserta akan pentingnya menjalankan ibadah shalat sunnah, seperti shalat tahajud dan shalat qobliyah subuh.