NU Palembang Online – Sabtu sore, 22 Juni 2024, menjadi momen bersejarah bagi komunitas pecinta ziarah Palembang Darussalam dan Sumatera Selatan (KOPZIPS). Ketua komunitas tersebut, Muhamad Setiawan yang akrab disapa Cek Wan, memimpin ziarah di TPU Puncak Sekuning Palembang. Dalam ziarah ini, Cek Wan dan anggota komunitasnya menziarahi makam tiga ulama besar yang pada tahun 1950-an menggagas berdirinya IAIN, yang kini dikenal sebagai UIN Raden Fatah Palembang.
Ketiga tokoh tersebut adalah KH. Abdur Rasyid Siddiq Al-Hafidz, Drs. KH. Husin Abdul Mu’in, dan KH. M. Shiddiq Adiem. KH. Abdur Rasyid Siddiq dan KH. Husin Abdul Mu’in adalah tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang terkenal, sementara KH. M. Shiddiq Adiem berasal dari Muhammadiyah.
KH. Abdur Rasyid Siddiq Al-Hafidz dan KH. Husin Abdul Mu’in bukan nama yang asing bagi masyarakat Sumatera Selatan. Kedua tokoh NU ini pernah memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan baik pada tingkat dewan pertimbangan maupun dewan pimpinan. Selain itu, keduanya juga pernah memimpin Kanwil Depag Sumatera Selatan pada masa mereka.
“KH. Abdur Rasyid dan KH. Husin adalah tokoh besar NU yang kontribusinya sangat besar bagi perkembangan Islam di Sumatera Selatan. Mereka berdua sangat berpengaruh dalam berbagai aspek, mulai dari pendidikan hingga keagamaan,” ujar Cek Wan yang juga Ketua MWC NU Kalidoni.
Di sisi lain, KH. M. Shiddiq Adiem mungkin belum begitu dikenal luas oleh masyarakat umum, namun jasa-jasanya tak kalah besar. Ulama asal Pagaralam ini pernah menjabat sebagai ketua Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Sumbagsel periode 1967-1974. Beliau juga pernah menjabat sebagai ketua DPRD Provinsi Sumatera Selatan periode 1950-1951. Salah satu prestasi paling monumental adalah menjadi salah satu dari trio ulama yang menggagas berdirinya IAIN Raden Fatah Palembang.
“KH. Shiddiq Adiem memiliki peran yang sangat besar dalam sejarah pendidikan Islam di Sumatera Selatan. Beliau adalah salah satu dari tiga ulama yang menggagas berdirinya IAIN, yang kini menjadi UIN Raden Fatah Palembang,” tambah Cek Wan.
TPU Puncak Sekuning menjadi saksi bisu perjuangan ketiga ulama besar ini. Meski makam mereka terletak di lokasi yang berjauhan satu sama lain, jasa-jasa mereka menyatu dalam sejarah pendidikan Islam di Sumatera Selatan. Cek Wan berharap, UIN Raden Fatah Palembang dan masyarakat umum terus menziarahi makam ketiga ulama ini sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan atas jasa-jasa mereka.
“Saya berharap UIN Raden Fatah Palembang dan masyarakat terus menziarahi makam ketiga ulama ini. Tidak akan ada UIN kalau tidak ada IAIN, dan tidak akan ada IAIN kalau tidak digagas oleh trio ulama ini dalam muktamar ulama waktu itu,” kata Cek Wan.
Lebih lanjut, Cek Wan juga mengusulkan agar di makam ketiga ulama tersebut dipasang plakat atau penanda yang menjelaskan bahwa mereka adalah penggagas IAIN/UIN Raden Fatah Palembang. Hal ini bertujuan agar masyarakat lebih mengenal dan menghargai jasa ketiga ulama besar ini.
“Jika memungkinkan, di makam beliau bertiga ini dipasang plakat yang menyatakan bahwa mereka adalah penggagas IAIN/UIN Raden Fatah Palembang. Dengan begitu, masyarakat bisa mengenang dan menghargai ketokohan mereka,” tukasnya. (Ali)