NU Palembang Online – Komunitas Pecinta Ziarah Palembang Darussalam dan Sumatera Selatan (KOPZIPS) melanjutkan tradisi ziarah dengan menziarahi para ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatera Selatan dari masa ke masa.
Sejarah Peran Mufti dan MUI di Sumsel
Ketua KOPZIPS Muhammad Setiawan, M.H., menjelaskan istilah Mufti merujuk pada seorang ulama yang memiliki otoritas untuk mengeluarkan fatwa dalam urusan keagamaan. Di Palembang, sejak berdirinya Kesultanan Palembang Darussalam oleh Sultan Abdurrahman pada tahun 1666, Mufti diangkat oleh Sultan untuk memberikan nasihat dan fatwa terkait masalah agama. Pada masa itu, gelar yang diberikan oleh Sultan kepada Mufti adalah Pangeran Penghulu Nata Agama.
“Seiring dengan kedatangan kolonial Belanda, gelar ini berubah menjadi ‘Hoofd Penghulu’. Namun, fungsi dan peran Mufti tetap penting hingga masa awal kemerdekaan Indonesia,” jelas pria yang akrab sisapa Cek Wan ini, Sabtu (19/10/2024).
Lebih lanjut, Muhammad Setiawan yang juga Ketua MWC NU Kalidoni menjelaskan, Pasca kemerdekaan. Fatwa keagamaan di Indonesia diambil dari berbagai organisasi keislaman, seperti Nahdlatul Ulama (NU) melalui lembaga Bahtsul Masail dan Muhammadiyah melalui majelis tarjih. Hal ini berlangsung hingga Orde Baru, di mana pada tahun 1975 pemerintah membentuk Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai wadah resmi fatwa keagamaan.
“MUI mengeluarkan fatwa atas permintaan umat Islam dan pemerintah, MUI berisi kan para alim ulama, zuama dan cendikiawan muslim dari berbagai ormas Islam yang mengeluarkan fatwa secara kolektif (ijtima’i) bukan secara personal perorangan seorang Mufti sebagaimana di zaman dahulu,” tambahnya.
Mengenang Para Ketua MUI Sumsel
Sejak didirikan pada tahun 1975, sudah ada enam tokoh ulama yang pernah memimpin MUI di Sumatera Selatan. Empat di antaranya telah wafat, sementara dua lainnya masih hidup, termasuk ketua MUI Sumsel saat ini. Ziarah yang dilakukan oleh KOPZIPS menjadi salah satu cara untuk mengenang para ulama tersebut dan menghargai kontribusi mereka dalam membina umat.
Berikut rincian periodisasi pimpinan MUI Sumsel dari masa ke masa serta lokasi makamnya yang diziarahi oleh KOPZIPS :
- KH. Masyhur Azhari (1975-1980) lokasi makamnya terletak di TMP Ksatria Ksetra Siguntang.
- KH. A. Rasyid Siddiq (1980-1985, 1985-1990, dan 1990-1995) lokasi makamnya di TPU Puncak Sekuning Palembang.
- Drs. KH. M. Syu’ib Ushul (1995-2000) lokasi makamnya di TPU Kebun Bunga Palembang.
- Drs. KH. A. Muhaimin (2001-2006) lokasi makamnya di TPU Kamboja Palembang.
- Drs. KH. Sodikun (2006-2011 dan 2011-2016)
- Prof. Dr. KH. Aflatun Mukhtar (2016-2021 dan 2021-2026) petahana
Dua tokoh terakhir masih hayat dan sehat wal ‘afiat