NU Palembang Online – Komunitas Pecinta Ziarah Palembang Darussalam dan Sumatera Selatan (KOPZIPS) kembali menggelar tradisi rutin mereka, yaitu ziarah ke makam-makam pada Selasa (3/12/2024). Kali ini, mereka mengunjungi sebuah makam kuno yang keberadaannya baru terungkap di kawasan Jalan Hang Jebat, Palembang. Makam ini sebelumnya tersembunyi di tengah permukiman warga, dan sejarahnya belum banyak diketahui.
Ketua KOPZIPS, Muhammad Setiawan, M.H., menjelaskan bahwa penemuan makam ini bermula dari laporan anggota komunitas yang melihat dinding tua di antara rumah-rumah penduduk.
“Awalnya, makam ini benar-benar terjepit oleh perumahan warga. Namun, setelah ada pembongkaran rumah di bagian depan jalan Hang Jebat, dinding makam ini terlihat jelas,” ujar Setiawan.
Setiawan mengungkapkan bahwa kondisi makam cukup memprihatinkan. Area makam dipenuhi akar tanaman dan semak belukar, sehingga sulit untuk masuk ke dalam. Namun, berkat kerja keras anggota KOPZIPS, mereka berhasil memasuki area tersebut.
“Kami menemukan sekitar lima makam yang terlihat, tetapi kemungkinan jumlahnya lebih banyak mengingat area makam ini cukup luas dan penuh semak belukar,” jelasnya.
Menurut pantauan KOPZIPS, ada berbagai tipe nisan di makam tersebut, termasuk dua makam dari awal 1900-an. Beberapa nisan lainnya berasal dari pertengahan dan akhir 1900-an. Setiawan menambahkan, “Jika seluruh area dibersihkan, mungkin akan ditemukan lebih banyak makam yang tersembunyi di balik semak belukar.”
Salah satu penemuan menarik dari ziarah ini adalah makam seorang tokoh Tionghoa Muslim bernama Kwa Djie Nio yang wafat pada 23 April 1917. Makam ini bertipe Demak Troloyo dengan bahan granit dan memiliki inskripsi dalam aksara Tionghoa.
“Kami belum mengetahui arti inskripsi tersebut sepenuhnya, tetapi ini menunjukkan keberagaman sejarah di kota Palembang,” ujar Setiawan.
Di samping makam Kwa Djie Nio, terdapat makam lain bertipe Melayu Aceh yang tidak memiliki inskripsi. Sebagian besar makam lainnya sudah menggunakan bahan semen, menandakan bahwa mereka berasal dari akhir abad ke-19.
Dalam kompleks makam ini, KOPZIPS juga menemukan gapura yang sebagian besar strukturnya telah rusak, serta batu nisan yang berserakan di luar area makam.
“Batu-batu nisan ini kemungkinan berasal dari makam lain di sekitar area ini. Mengingat lokasi ini dulunya merupakan area pemakaman, kami akan terus melakukan penelitian lebih lanjut,” ungkap Setiawan.
Ke depan, KOPZIPS berencana untuk membersihkan area makam dan memangkas semak belukar di sekitarnya. “Insya Allah, kami akan menjaga dan melestarikan situs ini. Ini adalah bagian penting dari sejarah Islam di Palembang yang perlu dirawat,” tegasnya. (Ali)