KH. Abdurrahman Wahid, (Presiden RI ke-4). Foto : (Ist/wikipedia.org)

KH. Abdurrahman Wahid, Perjalanan Hidup dan Pemimpin Indonesia Ke-4

NU Palembang Online – Siapa yang tidak kenal dengan sosok Gus Dur presiden RI ke-4 ini. Sosok luar biasa dan merupakan sosok yang menginspirasi. Terkenal dengan kata-katanya “Gitu aja kok repot”. Untuk mengenang beliau, berikut adalah biografi singkat Gus Dur atau KH. Abdurrahman Wahid.

Gus Dur adalah putra dari KH. Wahid Hasyim dan Hj. Sholehah. Ayahnya adalah seorang tokoh NU yang juga pernah menjabat sebagai Menteri Agama. Ibu Gus Dur adalah putri Kh. Bisri Syansuri, pendiri Pesantren Denanyar Jombang, Jawa Timur. Gus Dur merupakan cucu dari KH. Abdurrahman Wahid, yang juga dikenal sebagai Gus Dur.

Gus Dur lahir di Jombang, Jawa Timur, dan tumbuh dalam lingkungan pesantren. Keluarganya pindah ke Jakarta pada tahun 1949 ketika ayahnya diangkat menjadi kepala Menteri Agama pertama.

Gus Dur dikenal sebagai tokoh yang berdedikasi tinggi terhadap penegakan Hak Asasi Manusia (HAM) dan pembela kaum minoritas. Ia juga terlibat dalam dunia politik Indonesia dan berperan dalam berbagai peristiwa penting.

Gus Dur memiliki latar belakang pendidikan yang beragam. Setelah menyelesaikan Sekolah Dasar, ia belajar di Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) Gowongan di Yogyakarta. Selama di SMEP, ia belajar bahasa Inggris dan memperdalam pengetahuannya di berbagai bidang. Kemudian, ia melanjutkan pendidikannya di pesantren Tegalrejo, Magelang, di bawah bimbingan KH. Chaudhary. Gus Dur juga dikenal dengan kemampuannya berbicara dan sifat humorisnya.

BACA JUGA:  Mengenal Ustad Sri Suryono, Ketua MWC NU Plaju

Gus Dur kemudian terlibat dalam dunia politik dan membentuk Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Ia menjadi calon presiden dan terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 setelah jatuhnya rezim Soeharto. Gus Dur memainkan peran penting dalam menjaga persatuan bangsa Indonesia yang saat itu sedang terkoyak.

Gus Dur Misi dan Tantangan Sebagai Presiden

Sebagai Presiden RI ke-4, Gus Dur menghadapi berbagai tantangan. Ia berjuang untuk memperkuat demokrasi, hak asasi manusia, dan mendorong Indonesia menjadi negara yang lebih inklusif. Namun, kepemimpinannya juga diwarnai dengan kontroversi dan perbedaan pandangan.

Gus Dur terpilih sebagai Presiden Indonesia pada tahun 1999 setelah mengalahkan Megawati Sukarnoputri dalam pemilihan MPR. Ia mencoba untuk memperbaiki hubungan dengan negara-negara tetangga dan berupaya menjaga stabilitas dalam negeri. Namun, kondisi politik yang kompleks dan tekanan dari berbagai pihak membuat masa pemerintahannya tidak selalu mulus.

Selain menghadapi tantangan politik, Gus Dur juga mengalami masalah kesehatan yang memengaruhi kinerjanya sebagai presiden. Pada tahun 2001, ia akhirnya mengundurkan diri dari jabatan presiden.

Setelah rezim Soeharto jatuh, muncul banyak partai politik baru. Pada Juni 1998, sebagian besar anggota komunitas NU berharap bahwa Gus Dur akan membentuk sebuah partai politik. Pada Juli 1998, Gus Dur mulai mempertimbangkan ide ini karena menyadari bahwa partai politik adalah satu-satunya cara untuk berpartisipasi dalam politik.

BACA JUGA:  PWNU Sumsel Gelar Yasinan dan Doa untuk Cak Amir

Akhirnya, Gus Dur setuju untuk mendirikan sebuah partai politik yang diberi nama PKB (Partai Kebangkitan Bangsa) dan ia menjabat sebagai Ketua Dewan Penasihat.

Pada tanggal 7 Februari 1999, PKB secara resmi mencalonkan Gus Dur sebagai kandidat presiden. Kemudian, pada bulan Juni 1999, PKB berkolaborasi dengan PDIP karena mereka tidak memiliki mayoritas kursi sendiri.

Pada bulan Juli, Amin Rais membentuk aliansi poros tengah yang terdiri dari partai politik Muslim dan mencalonkan Gus Dur sebagai kandidat ketiga dalam pemilihan presiden, mengubah dinamika politik yang berkaitan dengan PDI-P.

Pada tanggal 7 Oktober 1999, Gus Dur secara resmi diakui sebagai kandidat presiden oleh Poros Tengah.

Kemudian, pada tanggal 19 Oktober 1999, MPR menolak pidato pertanggungjawaban Habibie dan ia mundur dari pemilihan presiden.

Akbar Tanjung, Ketua Golkar dan Ketua DPR, kemudian menyatakan dukungan Golkar untuk Gus Dur. Pada tanggal 20 Oktober 1999, MPR berkumpul kembali dan memilih presiden baru. Abdurrahman Wahid kemudian terpilih sebagai Presiden Indonesia ke-4 dengan 373 suara, sementara Megawati hanya memperoleh 313 suara.

Gus Dur Pewaris Sejarah Panjang NU

BACA JUGA:  Warga Nahdliyin Kota Palembang Mari Ikuti PD PKPNU

Gus Dur adalah salah satu tokoh penting Nahdlatul Ulama (NU), organisasi massa Islam terbesar di Indonesia. Ia mewarisi tradisi dan sejarah panjang NU, yang didirikan oleh KH. Hasyim Asy’ari, kakeknya. Gus Dur berkomitmen untuk memajukan NU dan Islam moderat di Indonesia. Gus Dur menjabat sebagai Ketua Umum PBNU Periode 1984 – 1998.

Kontroversi sering kali melingkupi Gus Dur, tetapi peran dan pengabdiannya kepada masyarakat, demokrasi, dan Islam toleran tetap diingat oleh banyak orang. Ia adalah salah satu pemimpin yang meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam sejarah Indonesia.

Check Also

Perempuan Aswaja An-Nahdliyah, Kiprah Gerakan Perempuan Aswaja dalam Peradaban Dunia

NU Palembang Online – Kajian tentang gerakan perempuan Aswaja An-nahdliyah masih sangat jarang dilakukan, padahah …

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *