NU Palembang Online – Bulan suci sebentar lagi berlalu, hari yang fitri akan segera tiba, pada tanggal 1 syawal seluruh umat muslim di segala penjuru dunia merayakan hari raya Idul Fitri.
Setiap tahunnya, umat Muslim di seluruh dunia merayakan momen ini dengan sukacita dan kebersamaan. Namun, di balik kegembiraan itu, terdapat makna yang dalam dan penting bagi umat Islam. Idul Fitri merupakan momen kemenangan setelah menjalani ibadah satu bulan penuh di bulan Ramadhan.
Selain merayakan momen kebersamaan dan kemenangan, Idul Fitri juga merupakan waktu untuk berintrospeksi dan memperbaiki diri. Umat Muslim diingatkan untuk terus meningkatkan kualitas ibadah dan perilaku agar lebih dekat kepada Allah SWT. Salah satu bentuknya adalah dengan melaksanakan amalan-amalan sunnah yang sangat dianjurkan dalam menyambut hari raya Idul Fitri.
Diantara Amalan-Amalan Sunnah Dalam Menyambut Idul Fitri Adalah :
1. Memperbanyak Bacaan Takbir
Salah satu amalan yang paling identik dalam perayaan bulan Ramadhan adalah mengucapkan takbir.
Allah Swt bersabda :
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ
Artinya : “Dan sempurnakanlah bilangan Ramadhan, dan bertakbirlah kalian kepada Allah”. (QS. Al-Baqarah: 185).
Adapun bacaan Takbir pada perayaan Idul Fitri adalah :
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ الْحَمْدُ
Untuk bacaan lebih lengkapnya bisa ditambahkan dengan bacaan dzikir takbir Rasulullah Saw di bukit Shafa yang diriwayatkan Imam Muslim:
اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّٰهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ الِلّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الكَافِرُوْنَ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الاَحْزَابَ وَحْدَهُ لَا إلٰهَ إِلَّا اللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ
Artinya “Allah maha besar. Segala puji yang banyak bagi Allah. Maha suci Allah pagi dan sore. Tiada tuhan selain Allah. Kami tidak menyembah kecuali hnya kepadanya, memurnikan baginya sebuah agama meski orang kafir tidak menyukainya. Tiada tuhan selain Allah yang esa, yang menepati janjinya, membela hambanya, dan sendiri memorak-porandakan pasukan musuh. Tiada tuhan selain Allah. Allah maha besar.”
2. Mandi
Sebagaimana diriwayatkan dari Ibn Umar ra :
عَنْ نَافِعٍ أَنَّ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عُمَرَ كَانَ يَغْتَسِلُ يَوْمَ الْفِطْرِ قَبْلَ أَنْ يَغْدُوَ إِلَى الْمُصَلَّى
Artinya : “Dari Nafi, (ia berkata bahwa) Abdullah bin Umar biasa mandi di hari Idul Fitri sebelum ia berangkat pagi-pagi ke tanah lapang.” (HR. Malik dalam Al-Muwatho’ no.426.)
Kesunahan mandi menyambut hari raya Idul Fitri ini berlaku bagi siapapun, baik laki-laki maupun perempuan, bahkan perempuan yang sedang haidl dan nifaspun tetap disunnahkan untuk mandi.
Adapun niat mandi sunnah Idul Fitri adalah :
نَوَيْتُ غُسْلَ عِيْدِ الْفِطْرِ سُنَّةً لِلهِ تَعَالَى
Artinya : “Aku niat mandi Idul Fitri, sunnah karena Allah Swt”.
3. Berhias
Pada hal ini berhias dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, diantaranya memotong kuku dan rambur, membersihkan badan, memakai wangi-wangian, dan memakai pakaian terbaik. Termasuk juga menampakkan senyum kebahagian di hari berkah ini.
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ قَالَ: أَخَذَ عُمَرُ جُبَّةً مِنْ إِسْتَبْرَقٍ تُبَاعُ فِي السُّوْقِ فَأَخَذَهَا فَأَتَى بِهَا رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ ابْتَعْ هَذِهِ تَجَمَّلْ بِهَا لِلْعِيْدِ وَالْوُفُوْدِ. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّمَا هَذِهِ لِبَاسُ مَنْ لاَ خَلاَقَ لَهُ
Artinya : “Dari Abdullah ibn Umar bahwa Umar ra mengambil sebuah jubah dari (bahan) sutera yang dijual di pasar maka dia bawa kepada Rasulullah Saw, lalu Umar ra berkata: “Wahai Rasulullah, belilah ini dan berhiaslah dengan pakaian ini untuk hari raya dan menyambut utusan-utusan.” Rasulullah Saw pun berkata: “Ini adalah pakaian orang yang tidak akan dapat bagian (di akhirat)….” (HR. Al-Bukhari)
Ibnu Rajab berkata: “Hadis ini menunjukkan disyariatkannya berhias untuk hari raya dan bahwa ini perkara yang biasa di antara mereka”.
4. Melaksanakan Shalat Idul Fitri
Sebagaimana hadits nabi:
عَنْ أُمِّ عَطِيَّةَ قَالَتْ: أَمَرَنَا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِي الْفِطْرِ وَاْلأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُوْرِ، فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِيْنَ. قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، إِحْدَانَا لاَ يَكُوْنُ لَهَا جِلْبَابٌ؟ قَالَ: لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا
Artinya : “Dari Ummu ‘Athiyyah ia mengatakan: Rasulullah Saw memerintahkan kami untuk mengajak keluar (kaum wanita) pada (hari raya) Idul Fitri dan Idul Adha yaitu gadis-gadis, wanita yang haid, dan wanita-wanita yang dipingit. Adapun yang haid maka dia menjauhi tempat shalat dan ikut menyaksikan kebaikan dan dakwah muslimin. Aku berkata: “Wahai Rasulullah, salah seorang dari kami tidak memiliki jilbab?” Nabi menjawab: “Hendaknya saudaranya meminjamkan jilbabnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
5. Saling Memaafkan
Sebenarnya Tindakan atau perbuatan saling memaafkan boleh dilakukan kapanpun, tidak hanya terbatas pada saat hari raya Idul Fitri. Namun di hari fitrah ini alangkah baiknya kita tidak hanya membersihkan diri dari segala dosa yang berhubungan dengan tuhan saja, tapi juga membersihkan dosa yang berhubungan dengan sesama manusia.